Lahir :
14 Oktober 1930. Lisala, Republik Demokratik Kongo
Meninggal :
7 September 19977 (umur 66 tahun). Rabat, Kongo.
Suami/istri :
Marie-Antoinette Mobutu (almarhum) Bobi Ladawa
Sejarah
Mobutu Sese Seko (Kongo)
Nama
aslinya adalah Joseph Desire Mobutu. Nama ini kemudian ia ubah sendiri.
Makna dari nama barunya adalah: sangat agung. Itu karena ia menganggap
dirinya ksatria kukuh yang dikaruniai keterampilan, kecerdikan, dan sanggup
memenangkan segala macam pertempuran. Mobutu lahir di Lisala, Kongo Belgia, sebagai bagian dari suku Ngbandi.
Namun,
citra namanya jauh sekali dengan perangainya semasa 30 tahun pemerintahannya.
Buktinya, hanya empat tahun setelah bergabung dengan pergerakan nasionalis (1956), ia sudah berani mengkudeta pemerintahan nasionalis Patrice
Lumumba, dan menyatakan diri sebagai
Kepala Staf Angkatan Bersenjata Kongo.
Pada
tahun 1965, Letjen Mobutu lagi-lagi mengkudeta Presiden Kasavubu. Hal ini dilakukan semata-mata karena ia tidak senang
ada ketegangan antara Presiden Kasavubu dan Perdana
Menteri Moise Tschombe. Mobutu lalu mendeklarasikan diri sebagai penguasa Kongo hingga lima tahun kedepan. Sejak saat itu ia menjadi
orang yang paling berkuasa di Kongo hingga dipilih secara resmi pada tahun 1970.
Setahun
kemudian, Mobutu mengganti nama Kongo menjadi Republik Zaire. Ia lalu melancarkan kampanye anti-Eropa dan gencar mengkampanyekan budaya Afrika. Tak lama setelah itu giliran namanya yang ia ganti.
Dari Joseph Desire Mobutu menjadi Mobutu Sese Seko.
Mobutu
menasionalisasi semua perusahaan Eropa yang ada di negaranya. Selebihnya ia
mengusir semua jenis usaha yang dibangun oleh orang-orang Eropa. Langkah
seperti itu tanpa disadarinya menyebabkan ekonomi Zaire turun drastis dan terseok-seok.
Maka
dari itu pada tahun 1977 ia ditekan untuk memperbolehkan
perusahaan-perusahaan Eropa berbisnis kembali di Zaire. Sadar bahwa
pemerintahannya nyaris lumpuh, ia kemudian meminta bantuan Belgia untuk memerangi pemberontak di Provinsi Katanga. Beruntung, Mobutu masih bisa memepertahankan
posisinya. Ia terpilih lagi menjadi presiden Republik Zaire.
Ia
bekerja sedikit untuk negara namun mengeruk harta negara sebanyak-banyaknya.
Pada tahun 1984, kekayaannya ditaksir mencapat empat miliar dollar Amerika
Serikat. Uang itu disimpan di Swiss. Mobutu juga diketahui pernah mencarter
pesawat Concorde dari Air France, baik untuk perjalanan kenegaraan, dan terutama
perjalanan pribadinya serta keluarga untuk berbelanja di Paris. Ia juga
memiliki armada mobil Mercedes-Benz yang digunakannya untuk mengunjungi beberapa
"istananya", ketika infrastruktur negara hampir hancur, dan rakyatnya
kelaparan, ditambah lagi pegawai negeri yang tidak dibayar, menyuburkan praktik
korupsi. Ia juga merupakan salah satu contoh nyata dari nepotisme, dimana ia memberikan jabatan pemerintah dan militer
kepada kerabat dekatnya dan sesama suku Ngbandi. Ia juga menjadikan puteranya, Nyiwa, menjadi
"putra mahkota" untuk menggantikan beliau sebagai presiden, namun,
rencana ini berantakan akibat kematian Nyiwa akibat penyakit AIDS tahun 1994.
Memasuki
dekade 1990-an ekonomi Zaire tak kunjung membaik dan sejumlah
perlawanan diarahkan kepadanya. Salah satu kelompok anti-Mobutu dari kalangan
pemerintahan dipimpin oleh Laurent Monsengwo dan Etienne Tshisekedi.
Perlawanan
ini membuat kesehatan Mobutu terganggu. Berkali-kali ia harus menjalani
perawatan di Eropa. Di saat terlemah itulah kelompok Tutsi mulai menguasai wilayah timur Zaire. Kelompok Tutsi tak lain adalah oposan lama Mobutu.
Perlawanan dilakukan karena Mobutu pernah memberi keleluasaan pada etnis Hutu
utnuk melakukan genosida (pembunuhan massal) di Rwanda tahun 1994.
Kelompok
Tutsi sendiri sempat terdesak keluar dari Zaire, namun bisa kembali bergerak ke
negeri ini. Dari wilayah timur Zaire mereka lalu melakukan serangan ke wilayah
barat melalui Kinshasa demi menggulingkan
Mobutu. Serangan ini didukung Presiden Rwanda, Paul Kagame.
Tanggal
16 Mei 1997, kelompok pemberontak Tutsi dan
kelompok lain anti-Mobutu berkoalisi membentuk Kelompok Pembebasan Demokrasi
Kongo-Zaire. Mereka berhasil menguasai Kinshasha. Laurent-Désiré Kabila
muncul sebagai presiden baru. Nama Zaire dikembalikan lagi menjadi Kongo atau Republik Demokrasi Kongo.
Mobutu mengungsi ke Togo. Setelah itu tinggal di Rabat, Maroko. Pada tahun yang
sama (1997) ia meninggal karena penyakit kanker
prostat yang merupakan salah satu
penyakit yang ia derita.
Referensi
http://id.wikipedia.org/wiki/Mobutu_Sese_Seko
ANALISIS:
Gaya
kepemimpinan yang
digunakan oleh Mobutu Sese Seko yaitu gaya otoriter.
Ø Karena dapat dilihat dalam empat tahun setelah bergabung dengan pergerakan
nasionalis (1956), ia sudah berani mengkudeta pemerintahan nasionalis Patrice
Lumumba, dan menyatakan diri sebagai
Kepala Staf Angkatan Bersenjata Kongo.
Ø Pada tahun 1965, Letjen Mobutu lagi-lagi mengkudeta Presiden Kasavubu. Hal ini dilakukan semata-mata karena ia tidak senang
ada ketegangan antara Presiden Kasavubu dan Perdana
Menteri Moise Tschombe.
Ø Mobutu mengganti nama Kongo menjadi Republik Zaire. Ia lalu melancarkan kampanye anti-Eropa dan gencar mengkampanyekan budaya Afrika. Selebihnya
ia mengusir semua jenis usaha yang dibangun oleh orang-orang Eropa.
Berdasarkan uraian diatas terdapat hasil dari
gaya otoriter yaitu adanya nilai positif seperti lebih efisien dan produktif,
lebih dapat dicapai dalam waktu singkat. Sercara nilai negatif yaitu memupuk
ketergantungan, sikap tunduk, dan menurunkan individualitas serta menciptakan
permusuhan dan ketidakpuasan.
Sistem Kepemimpinan Mobutu Sese Seko yaitu Sistem
Otokratis Eksploitif.
a)
Pimpinan menentukan keputusan
b)
Pimpinan menentukan standar pekerjaan
c)
Pimpinan menerapkan ancaman dan hukuman